
Sukarami, Humas
Yasinan Bersama Jum’at pagi di MTs Negeri 4 Musi Banyuasin dilaksanakan setiap Jum’at di depan kantor MTsN 4 Muba. dan terkhusus jum’at ini yang menjadi petugasnya yaitu para guru MTsN 4 Muba.
Bertindak sebagai MC yaitu Emilda Pancawati, S.Pd, Yasin dipimpin oleh Drs. Wasiman, Kultum disampaikan oleh Lailatul Khoriah, S.Pd dan do’a dipimpin oleh Setiawan, SE. Tampak hadir ditengah kegiatan tersebut Kepala Madrasah H. Siman Ikri, S.Ag, para Wakil Kepala Madrasah, Kepala TU serta Staf karyawan, para guru dan seluruh siswa-siswi yang duduk berbaris rapi mengikuti kegiatan yasinan bersama.
Dalam kultumnya, Lailatul Khoiriah mengambil tema tentang : “Dua nasihat Imam Syafi’i bagi penuntut ilmu”
Dikisahkan bahwa suatu ketika Imam Syafi’i mengadukan pada gurunya Waki’. Beliau berkata : “Wahai guruku, aku tidak dapat mengulangi hafalanku dengan cepat. Apa sebabnya?”. Sang Guru Imam Waki’ lantas berkata: “Engkau pasti pernah melakukan suatu dosa. Cobalah engkau merenungkannya kembali!”. Imam Syafi’i pun merenung, beliau merenungkan keadaan dirinya. “Apa ya dosa yang kira-kira telah ku perbuat?” tanya beliau.
Imam Syafi’i pun teringat bahwa pernah suatu ketika beliau melihat seorang wanita tanpa sengaja sedang menaiki kendaraannya, lantas tersingkap pahanya. Ada yang mengatakan : yang terlihat adalah mata kakinya. Lantas setelah itu beliau memalingkan wajahnya.
Dari kisah diatas Imam Syafi’i memberi dua nasehat kepada penuntut ilmu yaitu : Pertama : “Pada majelis ilmu, beliau memerintahkan sebagian sahabatnya agar menulis ilmu”. Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata : “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah pengikatnya, ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang, setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja
Yang Kedua : “Saudaraku, engkau tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara yaitu : kecerdasan, semangat, sungguh-sungguh, berkecukupan harta, dibimbing oleh guru dan yang terakhir membutuhkan waktu yang lama.”
“Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan”. jelas imam Syafi’i. (mukti)